Hari pertama aku tiba di sana sungguh hangat sekali sambutan mereka. Kami seolah-olah orang yang saling kenal yang tidak pernah bertemu selama 5 tahun. Padahal ini adalah kali pertamanya aku kesana dan kami tak pernah saling kenal sebelumnya.
Sungguh, berada disana adalah hal yang sangat ku inginkan. Ya, tempat itu adalah Diniyah Putri Padang Panjang. Pondok Pesantren Putri tertua di Sumatera Barat, atau bahkan di dunia. Bagaimana tidak, bagiku yang tidak pernah mengecap pendidikan Agama di Pondok pesantren ataupun MAN, adalah sebua "hadiah" yang luar biasa yang diberikan Allah kepadaku untuk bisa berada disana.
Dulu, aku pernah menyesal masuk SMA dan protes kepada ibuku. Mengapa ibu tidak memasukkanku ke sekolah agama seperti MAN atau Pesantren?. Itulah bentuk protes dan pertanyaan yang ku tanyakan kepada Ibu. Bukan, ibu bukannya tak ingin menyekolahkan kami ke pesantren atau MAN. Hanya saja kondisi keuangan keluarga kami tidak bershabat dengan kami saat itu, sehingga tidak memungkinkan kami untuk bersekolah di sana. Cara paling cerdas Ibuku adalah dengan memasukkan kami kesekolah dekat rumah yang tak memerlukan ongkos untuk pergi ke sekolah. cukup hanya berjalan kaki dengan 1,5 km untuk pergi dan 1,5 km untuk pulang sekolah.
Tapi, sekarang aku berada di sini. Di Diniyah Putri Padang Panjang. Sebuah pondok pesantren putri yang tentunya juga menjadi dambaanku untuk bersekolah di sana. Namun keberadaanku di sini bukanlah sebagai pelajar namun sebagai pengajar.
Subhanallah.
Tuhan. Nikmatmu manakah yang pantas ku dustakan?
Dulu aku merengek kepda ibu unutuk bisa bersekolah di sekolah agama. sekarang engkau memberikanku haidah yang sangat besar. Sebagai guru undangan untuk mengajar di sekolah agama.
Terimakasih Ya Rabb atas nikmatmu.