Jumat, 22 April 2011

DAMPAK LAGU ORANG DEWASA TERHADAP ANAK


Di zaman yang serba canggih ini, berbagai fasilitas dengan mudah dapat kita temukan untuk memenuhi klebutuhan anak-anak seperti hiburan, pendidikan, dan penunjang prestasi. Di bidang hiburan begitu banyak sarana yang memfasilitasi anak-anak, salah satunya adalah televisi. Di bidang pendidikan anak-anak mampu menikmati pendidikan sesuai dengan program wajib belajar selama sembilan tahun. Begitu juga di bidang prestasi, banyak program perlombaan yang di tujukan untuk memberikan prestasi kepada anak-anak, salah satunya adalah kontes adu bakat di bidang menyanyi.
 Begitu banyak lembaga pertelevisian yang mangadakan program untuk menunjang prastasi anak, salah satunya adalah  kontes adu bakat dibidang menyanyi. Di dalam kontes adu bakat di bidang menyanyi anak di tuntut untuk menyanyikan beberapa lagu, namun sangat memprihatinkan sekali bahwa lagu yang mereka nyanyikan tersebut bukanlah lagu anak-anak. Sebut saja program televisi yang menunjang bakat anak di bidang menyanyi adalah "Idola Cilik". Dalam acara ini, mereka justru tidak lagi menjadi anak-anak yang seharusnya memerankan gaya dan dandanan yang dibawakan oleh anak-anak. Mereka seolah-olah di sulap menjadi sosok anak remaja yang sangat begitu berwibawa. Tanpa disadari, program ini memaksa mereka untuk mejadi orang dewasa atau pribadi lain. Salah satu contoh yang sangat menguatkan fakta ini adalah cara berpakaian hingga make-up yang mereka pakai.
 Fakta ini sangat memprihatinkan karena saat ini begitu minimnya lagu anak-anak yang seharusnya mereka nayanyikan. Ironisnya, mereka sendiri tidak paham dengan isi dari lagu yang mereka nyanyikan. Kalau kita perhatikan dengan cermat, maka kita akan mendapati bahwa tayangan-tayangan di televisi saat ini merampas anak-anak dari dunianya. Anak-anak sangat sedikit mendapatkan tayangan yang sesuai dengan perkembangan psikologi mereka.
Pada acara "Mama Mia", eksploitasi anak-anak antara usia 12-15 tahun juga terjadi. Acara tersebut seolah-olah mempermainkan kondisi kejiwaan remaja yang senang menjadi populer, meraih prestasi, dan bisa jadi karena berbagai faktor pemicu senang mendapatkan uang dalam jumlah besar. Pakaian yang dikenakan para kontestan dan lagu-lagu yang dibawakan, banyak menyimpang dari nilai-nilai luhur yang seharusnya dipupuk pada jiwa anak-anak dan remaja.
Efek dari tayangan-tayangan di atas di masyarakat sungguh dahsyat. Acara-acara tersebut ditayangkan dalam alokasi waktu yang panjang. Waktunya pun pada jam-jam yang strategis (prime-time). Maka wajar kalau tontonan berjam-jam tersebut menyita perhatian banyak keluarga. Di dalamnya dikemas setting sedemikian rupa, sehingga para penonton turut hanyut dengan "perjuangan" para kontestan. Misalnya, diperlihatkan bahwa para kontestan tersebut harus berlatih keras, sehingga mereka bisa mencapai "prestasi" dan tampil memukau.
Ketika menyaksikan acara-acara di atas, para penonton sudah sulit menyeleksi, bahwa yang sedang “diperjualbelikan” pada tayangan itu adalah anak-anak dan remaja, yang semestinya dipelihara kepribadiannya untuk memiliki sifat-sifat mulia. Dalam program ini yang terjadi adalah perputaran roda bisnis entertainment yang mewarnai atau menguasai keinginan orang tua dan anak-anak untuk memperoleh kesuksesan di dunia pentas dan hiburan.
Sangat bertentangan sekali dengan apa yang kita harapkan, acara seperti di atas malah meraih nilai tertinggi di dunia pertelevisian. Nilai yang tinggi ini tentu memiliki nilai jual tinggi untuk membuat iklan. Belum lagi acara seperti ini seringkali berkolaborasi dengan bisnis telekomunikasi lewat kiriman SMS. Tidak heran acara-acara serupa terus diproduksi. Suatu hal yang sering melintas dalam benak dan pikiran  akhirnya menjadi obsesi dan nilai yang dianggap baik dan benar di tengah masyarakat.
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting bagi perkembangan anak-anak, baik fisik, psikologi, maupun biologis. Dimana pada masa ini anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain, seperti bermain petak umpet, bongkar pasang, kelereng, boneka, dan berbagai macam permainan lainnya. Dalam bermain anak-anak berusaha untuk mendapatkan kesenangan, tanpa adanya pertimbangan hasil akhir dari kegiatan yang mereka lakukan tersebut. 
Ahli psikologi mengatakan bahwa permainan sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak. Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidak sama dengan orang dewasa. Anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan. Anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sobur (1988), mengartikan anak sebagai orang yang mempunyai pikiran, perasaan, sikap dan minat yang berbeda dengan orang dewasa dengan segala keterbatasan.
Didalam kegiatan bermain, tanpa kita sadari anak-anak terkadang mendengarkan lagu-lagu, baik yang mereka lihat melalui televisi ataupun yang mereka dengar melalui radio. Mereka sangat menyukai lagu-lagu tersebut, sampai-sampai mereka hafal dengan lagu-lagu yang mereka dengarkan tersebut. Orangtua mereka merasa begitu bangga dengan kemampuan anak-anaknya, dimana pada usia anaknya yang masih kecil, anak-anak  mereka telah mampu menyanyikan lagu-lagu dengan lancar. Hal tersebut membuat kita sangat khawatir, karena lagu-lagu tersebut tidak pantas untuk mereka dengar. Kebanyakan dari lagu-lagu yang mereka dengarkan tersebut adalah lagu-lagu orang dewasa.
Lagu orang dewasa sangat berbeda dengan lagu anak-anak. Lagu orang dewasa hanya bisa dikonsumsi oleh tingkat dewasa yaitu dari umur dua puluh ke atas. Sedangkan lagu anak-anak hanya bisa di kosumsi oleh anak dari usia 4-16 tahun. Dari segi tema dan lirik, lagu orang dewasa dan lagu anak-anak sangat berbeda. Lirik lagu pada lagu orang dewasa biasanya lebih dalam.  Sedangkan lagu anak-anak adalah lagu yang memiliki lirik yang ringan, seperti pengulangan nada yang sama. Begitupun dari segi tema lagu, lagu orang dewasa biasanya bertemakan hubungan antara pria dan wanita dalam percintaan. Sedangkan lagu anak-anak lebih bertemakan kepada kehidupan anak-anak itu sendiri, seperti sekolah, oarang tua, guru, teman, dan binatang peliharaan, dll.
Seperti yang kita ketahui, bahwa di zaman yang serba canggih ini anak-anak lebih cenderung mendengarkan lagu orang dewasa yang seharusnya belum pantas mereka dengarkan. Hal tersebut membuat kita sangat khawatir karena orang tua merekapun mendukung anak-anak mereka untuk menyanyikan lagu-lagu orang dewasa. Untuk menunjang prestasi  anak-anak mereka, terkadang orangtua memasukkan anak-anak mereka ke acara kontes-kontes adu bakat. Salah satu media yang sangat tepat untuk menayangkan acara ini adalah televisi. Melalui siaran televisi, semua tingkatan umur dapat menyaksikan acara tersebut. Tanpa kita sadari, anak-anak menikmati sajian acara tersebut dengan sangat khidmat, bahkan mereka menyaksikan acara tersebut bersama dengan orangtua mereka, dimana acara yang mereka lihat tersebut dibawakan oleh anak-anak yang seumuran dengan mereka.
Secara tidak langsung, anak-anak yang menonton acara tesebut akan meniru para kontestan idola mereka. Mulai dari cara dandanan para kontestan mereka, sampai pada lagu yang mereka nyanyikan. Tidak hanya itu, dilingkungan merekapun mereka juga mendengarkan anak-anak yang mulai beranjak remaja juga menyanyikan lagu yang sama. Sehingga yang ada didalam pikiran mereka adalah bahwa lagu tersebut adalah lagu yang bagus karena setiap orang menyukai lagu tersebut.
Seharusnya anak-anak menyukai lagu anak-anak yang seusia mereka. Pada kenyataannya, saat ini anak-anak lebih menyukai lagu-lagu orang dewasa daripada lagu mereka. Hal ini terjadi karena mereka lebih sering mendengarkan lagu-lagu orang-orang dewasa, karena tidak ada penyanyi-penyanyi cilik yang menyanyikan lagu anak-anak. Walaupun ada ajang kontes adu bakat  seperti “Idola Cilik” dan “Mama Mia” tetapi lagu yang mereka nyanyikan tersebut pada umumnya adalah lagu oarang dewasa.
Ibarat kaset kosong anak-anak akan merekam semua yang tejadi di lingkungannya dalam memori mereka. Apa pun yang didengar dan dilihatnya, dalam waktu singkat mereka akan bisa merekam dan menirunya. Apabila setiap hari anak-anak mendengarkan lagu-lagu yang sama, dan kebanyakan dari lagu yang mereka dengarkan tersebut adalah lagu orang dewasa. Sehingga hal tersebut akan menjadi kebiasaan bagi mereka. Karena setiap hari lagu yang mereka dengarkan adalah lagu-lagu orang dewasa. Lambat laun tanpa kita sadari hal ini akan memberikan dampak yang sangat buruk bagi anak-anak.
Program ini bisa berdampak terhadap psikologi dan fisik anak, baik bagi anak yang mengikuti lomba atau bagi anak-anak yang menonton program tersebut. Anak-anak yang mengikuti lomba tersebut tentu mengalami dampak psikologis yang berat karena, dari kehidupan biasa-biasa saja mereka menjadi sosok orang yang terkenal. Hal tersebut tentu belum bisa di terima dengan baik oleh anak-anak itu sendiri. Begitu juga dengan popularitas yang luar biasa, belum tentu mereka mampu untuk menanggapi itu semua.  Selain itu, mereka juga akan menjadi sorotan media atau dikerubuti oleh penggemar yang meminta tanda tangan dan mereka juga harus menghadapi kehidupan yang serba diatur dan tentu akan menjadi beban bagi mereka. Mereka harus selalu tersenyum dan tidak boleh terlihat lelah di depan sorotan kamera, wartawan dan para penggemar mereka.
Seharusnya pada masa kanak-kanak ini mereka memiliki kebebasan masing-masing. Mereka bukanlah orang dewasa, dimana orang dewasa lebih bisa menyesuaikan dirinya dibanding anak-anak. Lambat laun kondisi tersebut akan memberikan dampak negatif  terhadap psikologi anak. Kasiram (1994), mengatakan anak adalah makhluk yang sedang dalam taraf perkembangan yang mempunyai perasaan, pikiran, kehendak sendiri, yang keseluruhannya itu merupakan totalitas psikis dan sifat-sifat serta struktur yang berlainan pada tiap-tiap fase perkembangannya.
          Selain itu, dampak yang bisa ditimbulkan dari perlombaan tersebut adalah anak-anak yang mengikuti lomba akan menjadi sombong. Hal ini disebakan karena mereka merasa diri mereka terkenal dan tidak seperti anak-anak lainnya. Tidak hanya itu, mereka juga akan susah untuk diarahkan oleh orang tua dan orang yang lebih besar dari mereka dan kecerdasan emosi mereka  tidak berjalan dengan baik.
          Perlombaan ini juga akan memberikan dampak negatif terhadap fisik anak-anak. Anak-anak yang mengikuti perlombaan akan lebih cenderung untuk menggunakan riasan wajah, agar mereka tampak lebih menarik. Begitu juga bagi anak-anak yang menyaksikan program tersebut dirumah mereka, mereka akan lebih cenderung untuk meniru gaya atau cara berdandan idola mereka. Bagi anak-anak yang mengikuti perlombaan tentu mereka akan merasa lebih letih, karena mereka harus berusaha untuk membagi waktu mereka untuk belajar dan  lomba. Mereka akan lebih sering berlatih bagaimana mereka bisa menyanyikan lagu- lagu dengan baik. Hal tersebut tentu tidak semudah dan segampang yang kita bayangkan.  Waktu mereka akan lebih banyak tersita untuk latihan, meraka akan merasa letih karena begitu banyak kegiatan yang harus mereka lakukan.
          Jadi, Kejadian ini bukanlah salah dari anak-anak itu sendiri namun memang seperti itulah lingkungan mereka sekarang. Karena di televisi maupun di radio tidak ada siaran yang menyiarkan  lagu–lagu untuk anak-anak. Walaupun ada beberapa program  yang mengkhususkan acaranya untuk anak-anak, tetapi lagu yang mereka nyanyikan tersebut adalah lagu orang dewasa. Sehingga hal ini dapat menimbulkan berbagai efek terhadap psikologi dan fisik anak.
          Di bidang psikologi program ini bisa menimbulkan dampak negatif baik bagi anak yang mengikuti lomba dan bagi anak-anak yang menonton program tersebut. Anak-anak yang mengikuti lomba tersebut tentu mengalami dampak psikologis yang berat seperti shock karena dari kehidupan biasa-biasa saja mereka menjadi sosok orang yang terkenal. Begitu juga dengan anak yang menonton program ini, tentu mereka akan menjadi minder karena merasa tidak memiliki potensi seperti anak-anak sebaya mereka yang mengikuti acara kontes tersebut.  
          Di bidang fisik program in bisa menimbulkan dampak negatif kepada anak-anak yang mengikuti kontes tersebut. Mereka akan merasa sangat lelah karena di samping sekolah mereka juga harus berusaha untuk tampil dengan baik pada acara kontes tersebut. Begitu pun dengan anak-anak yang menonton acara tersebut, mereka akan berdandan seperti sosok idolanya. Terkadang dandanan mereka tidak pantas untuk anak seusia mereka, namun mereka bangga dengan dandanan tersebut.
          Menghadapi kecenderungan terampasnya dunia anak lewat tayangan televisi, ada beberapa langka yang perlu di perhatikan oleh beberapa lembaga masyarakat. Pertama, mulai dari orang tua. Orang tua adalah orang yang lebih mengetahui sifat dan bakat anaknya. Orang tua harus memberikan bimbingan kepada anak-anak pada saat mereka mulai tertarik dengan tayangan-tayangan yang tidak menguntungkan mereka. Kalau anak-anak punya bakat dan kecerdasan musikal, orang tua harus bisa mengarahkan mereka. Akan tetapi, ketika ada lagu-lagu yang belum layak mereka nyanyikan orang tua harus memberikan pengertian yang benar kepada anak-anak.
Sementara itu, sedapat mungkin orang tua pun memberikan alternatif tontonan atau hal-hal lain yang bersifat menarik dan mendidik. Kalau memungkinkan, jadikan perhatian mereka pada membaca meningkat. Kalau anak-anak suka membaca, mereka tak akan menjadi orang-orang yang kecanduan menonton TV. Kemudian menimbang fitrah anak yang sedang memiliki sifat suka dipuji dan ingin dikenal, maka orang tua dapat mengarahkan mereka pada prestasi-prestasi pada pelajaran, olahraga, seni dan lain-lain secara seimbang. Perkenalkan kepada anak-anak biografi orang-orang sukses yang banyak memberi manfaat kepada masyarakat dan dunia. Ini akan mengisi ruang kejiwaan mereka untuk mengukir prestasi pada kehidupan mereka kelak.
Kedua, pihak pemerintahan yang mengurusi masalah pendididikan, informasi dan komunikasi, agama, dan pemberdayaan perempuan. Pihak pemerintahan ini harus memiliki sensitivitas yang tinggi dalam menyaring acara-acara yang mengeksploitasi anak-anak. Pemerintah dapat mengeluarkan regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari kerugian akibat tayangan televisi tertentu.
Ketiga, para pendidik, budayawan dan seniman. Para pakar pendidikan dan budayawan harus terus menyuarakan nilai-nilai luhur yang hendak dituju pada pendidikan anak dan remaja. Kritik yang sifatnya membangun tidak boleh berhenti disampaikan kepada mereka dalam menanggapi acara-acara yang ditujukan kepada  anak-anak.
Para seniman dan ilmuwan harus bekerja keras menghadirkan acara-acara yang berorientasi pada kebaikan dan kecerdasan anak-anak. Contoh acara seperti acara iptek untuk anak, acara belajar menggambar, acara bina vokalia, mengenal permainan tradisional dan budaya anak-anak nusantara acara cerdas-cermat atau cepat-tepat dan lainnya patut untuk semakin banyak diproduksi. Begitu juga acara yang mengeksplorasi flora dan fauna, masalah lingkungan, ilmu mpengetahuan populer, dll.
Keempat, rumah produksi pertelevisisan. Para pengusaha dunia tayangan televisi harus memiliki visi yang jelas pada pangsa pasar anak-anak. Visi ini adalah visi mencerdaskan mereka. Ini harus tercermin pada alokasi waktu khusus untuk tayangan anak-anak. Tentu saja untuk menghasilkan produksi tayangan televisi yang berkualitas ini dibutuhkan kesadaran dan kreativitas yang tinggi dari para pengusaha televisi. Mereka adalah juga orang tua dari anak-anak, yang tentu mereka ingin dorong meraih sukses dalam kehidupan.



DAFTAR PUSTAKA

Ugy. (2008). Dampak Sinetron Bagi Anak, Remaja, dan Keluarga. http:// www.giwmukti.multiply.com/Jurnal/Item/13 [16 April 2008]
Syamsul.  (2008). Pengertian Anak Tinjauan Secara Kronologis Dan Psikologis. http:// www. Duniapsikologi.dagdigdug.com/categori/psikologi-anak/  [19 November 2008]
Inilah.com. (2008). Anak-anak Terancam Lagu Orang Dewasa. http:// www.inilah.com/email/Item/13 [6 Juni 2008]
Kapanlagi.com. (2008).  Awas! Televisi Beri Dampak Buruk Pada Psikologi Anak Anda. http:// www.kapanlagi/a/0000005440.html  [24 Juli 2008]








Tidak ada komentar: