Assalamu’alaikum....
Itulah ucapan yang selalu ku terima setiap
melewati gang itu. Gang senggol... itulah sebutan untuk gang tersebut. Banyak
cowok-cowok di kompleks ku yang tiap hari nangkring disana. Kegiatan mereka
tidak jelas, main gitar, bernyanyi, bahkan menggoda cewek-cewek yang melewati
gang tersebut.
Akhir-akhir ini aku terlalu sering mendengar
ucapan salam yang keluar dari mulut mereka. Aku tak tahu apakah maksud mereka memang
tulus ingin mengucapkan salam kepada ku?. Atau mereka hanya memperolok-olokku
saja karena penampiplanku... yang mengenakan jilbab. Ah... Aku tak ambil
pusing. Selagi mereka mengucapkan salam kepadaku yang berarti mereka telah
mendo’akanku. Akupun selalu membalas ucapan mereka dengan kalimat “wa’alaikum
salam”.
Memang tidak ada yang salah dengan salam yang mereka
ucapkan tersebut. Namun, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Karena salam
yang mereka ucapkan itu hanya tertuju kepedaku. Begitu banyak orang yang
melewati gaang tersebut, laki laki atau perempuan namun mereka tak berani
mengucapkan salam kepada mereka. Ah, entahlah... aku semakin risih dengan semua
itu. Pernah terfikir oleh ku untuk tidak melewati gang tersebut, tapi itu
adalah salah satu jalan di kompleks ini yang bisa kulewati.
***
Diperjalanan pulang...
“Ulangan harian Biologi tadi susah ya”, kata
temanku Ran memulai pembicaraan kami. Aku hanya bisa tersenyum, karena
menurutku soal ujian tersebut tidak terlalu sulit. Ketika kami berada di depan
gerbang sekolah, Ran mencubitku. “key, liat tu, keseberang jalan, itu kan Ray?
Cowok yang terkenal playboy di kompleks kita. Kira-kira dia nungguin siapa ya?
Apa mungkin ceweknya sekolah di SMA ini juga?” “gak tau... mungkin aja”.
Kawabku menimpali.
***
“Mau ditumpaingin pulang Key” kata Ray yang
sudah berada dibelakangku dengan sepeda motornya. Aku yang saat itu mendengar
Ray berbicara seperti itu langsung terkejut... apa aku gak salah dengar tadi?
Apa benar dia bicara kepadaku? “gak usah, aku pulang bareng Ran kok. Iya kan
ran?? ” jawab ku menimpali. Ran mengangguk. “Ya udah deh... benaran ni kamu gak
mau ku antar?” “IYA” jawabku dengan nada yang agak tinggi. “ya udah, aku duluan
ya”. Ray pun berlalu dengan sepeda motor bebeknya.
“jangan-jangan Ray suka lagi sama kamu Key.
Lumayan juga tuh... buat antar jemput kamu pulang sekolah. Kan kamunya gak
capek-capek dan harus jalan kaki pulang sekolahnya. Lagian dia kan juga
ganteng, tinggi lagi. Ah cocok banget tuh sama kamu. Kamu kan juga manis, ayu
lagi”. “ ih, kamu... gak ah, gak ada dalam kamus cintaku kata-kata “pacaran””.
“apa benar?? “ Ran meledekku.
---
“Tumben ya Key, Ray gak nungguin kamu lagi dan
menawarkan tumpangan” “syukurlah, aku jadi illfeel kalau dia deket-dekat
sama aku”. “ih, kamu... kalau aku sih oke-oke aja. Kalau aku yang ditawarin
tumpangan aku gak bakalan nolak kayak kamu. Udah panas, jalan kaki, mending di
antar. Mumpung ada yang bersukarela”.
Ketika aku dan Ran melewati gang senggol,
tempat dimana Ray dan cowok-cowok lainnya biasa nangkring, aku tak mendengar
lagi ucapan salam dari para penghuni gang tersebut. Syukurlah. Namun ada dua
anak kecil yang berlari mendekati kami dan memberikan sebatang coklat silverquen
kepada ku. Katanya sih itu dari Ray. “ambil aja Key... lumayan tu. Kalau kamu
gak suka sini untuk aku aja”. “dek, balikan lagi ya cokelatnya ke abang itu,
bilang kakak gak suka cokelatnya”. Merekapun langsung balik kanan dan kamipun
berlalu.”kamu kok tega banget sih Key. Gak baik loh nolak pemberian orang”.
“biarin aja... siapa tau cokelat itu udah di jampi-jamiinnya, biar aku suka
sama dia. Ayoo...” jawabku menimpali sambil tertawa.
***
Suadah satu minggu Ray tidak lagi menggangguku
semenjak aku menolak coklat pemberiannya tersebut. Namun, ini untuk
pertamakalinya setelah kasus penolakan cokelat itu Ray muncul dihadapanku.
“baru pulang shalat maghrib Ya key?”. “udah tau nanya” jawabku ketus. “kok,
kamu marah gitu sih, aku kan nanya nya baik-baik. Aku juga baru pulang shalat
maghrib”. “tumben”. Gak biasanya Ray shalat maghrib ke mesjid. Biasanya jam
segini dia sudah nangkring di gang senggol dengan cowok-cowok lainnya. “ ini
aku ada surat buat kamu, walaupun kamu gak suka sama aku tolong kamu terima
surat ini. Terserah kamu mau apain setelah menerima suratku ini. Mau kamu baca
atau buang terserah kamu.”. Dengan terpaksa ku terima suratnya. Setelah itu
diapun pamit kepadaku dan Berlau.
***
Sesampainya dirumah, aku langsung kekamarku
dan membaca al-qur’an. Setelah selesai, aku teringat surat yang diberikan Ray
kepada ku. Aku langsung berlari kemeja belajarku dan membuka surat tersebut.
Gak tau kenapa, hatiku jadi bergetar setelah membaca suratnya. Apa aku suka
sama dia? Ah gak mungking, Ray bukan tipe cowok idamanku. Lagian aku gak mau
pacaran kecuali setelah menikah. Ya, itulah pelajaran yang kudapat dari kakak
mentoringku.
Assalamu’alaikum Key,
Sorry, kalau aku dah buat kamu jadi risih.
Key, asalkan kamu tau kalau aku suka sama
kamu. Aku gak tau, ketika melihat kamu aku seolah-olah melihat cahaya yang
terang, yang seolah-olah mengajakku untuk berubah.
Sorry, key... kalau aku lancang...
Aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar
aku?? Aku janji kalau kamu nerima aku, aku bakalan berubah. Aku gak bakalan
merokok lagi. Aku bakalan jadi cowok yang baik, aku janji. Aku pengen berubah
Key.
Wassalam.
***
Tingkah ku menjadi aneh setelah menerima surat
dari Ray. Entah kenapa, aku jadi sering mikirin dia. Ah, tidak..aku bukanlah
tipe cewek yang mudah suka sama cowok. Semakin aku berusaha untuk melupakannya,
semakin kuat godaan itu datang. Akhirnya aku putuskan untuk menolak cintanya
Ray, karena aku gak mau nantinya perasaanku rusak. Ku ingin perasaan cintaku
kepada Rabb ku tetap utuh, ku gak mau perasaan itu terbagi.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar