Sabtu, 05 November 2011

AKU DAN RAY


Assalamu’alaikum....

Itulah ucapan yang selalu ku terima setiap melewati gang itu. Gang senggol... itulah sebutan untuk gang tersebut. Banyak cowok-cowok di kompleks ku yang tiap hari nangkring disana. Kegiatan mereka tidak jelas, main gitar, bernyanyi, bahkan menggoda cewek-cewek yang melewati gang tersebut.   

Akhir-akhir ini aku terlalu sering mendengar ucapan salam yang keluar dari mulut mereka. Aku tak tahu apakah maksud mereka memang tulus ingin mengucapkan salam kepada ku?. Atau mereka hanya memperolok-olokku saja karena penampiplanku... yang mengenakan jilbab. Ah... Aku tak ambil pusing. Selagi mereka mengucapkan salam kepadaku yang berarti mereka telah mendo’akanku. Akupun selalu membalas ucapan mereka dengan kalimat “wa’alaikum salam”. 

Memang tidak ada yang salah dengan salam yang mereka ucapkan tersebut. Namun, aku merasa ada sesuatu yang mengganjal. Karena salam yang mereka ucapkan itu hanya tertuju kepedaku. Begitu banyak orang yang melewati gaang tersebut, laki laki atau perempuan namun mereka tak berani mengucapkan salam kepada mereka. Ah, entahlah... aku semakin risih dengan semua itu. Pernah terfikir oleh ku untuk tidak melewati gang tersebut, tapi itu adalah salah satu jalan di kompleks ini yang bisa kulewati.
***

Diperjalanan pulang...
“Ulangan harian Biologi tadi susah ya”, kata temanku Ran memulai pembicaraan kami. Aku hanya bisa tersenyum, karena menurutku soal ujian tersebut tidak terlalu sulit. Ketika kami berada di depan gerbang sekolah, Ran mencubitku. “key, liat tu, keseberang jalan, itu kan Ray? Cowok yang terkenal playboy di kompleks kita. Kira-kira dia nungguin siapa ya? Apa mungkin ceweknya sekolah di SMA ini juga?” “gak tau... mungkin aja”. Kawabku menimpali.
***

“Mau ditumpaingin pulang Key” kata Ray yang sudah berada dibelakangku dengan sepeda motornya. Aku yang saat itu mendengar Ray berbicara seperti itu langsung terkejut... apa aku gak salah dengar tadi? Apa benar dia bicara kepadaku? “gak usah, aku pulang bareng Ran kok. Iya kan ran?? ” jawab ku menimpali. Ran mengangguk. “Ya udah deh... benaran ni kamu gak mau ku antar?” “IYA” jawabku dengan nada yang agak tinggi. “ya udah, aku duluan ya”. Ray pun berlalu dengan sepeda motor bebeknya.
“jangan-jangan Ray suka lagi sama kamu Key. Lumayan juga tuh... buat antar jemput kamu pulang sekolah. Kan kamunya gak capek-capek dan harus jalan kaki pulang sekolahnya. Lagian dia kan juga ganteng, tinggi lagi. Ah cocok banget tuh sama kamu. Kamu kan juga manis, ayu lagi”. “ ih, kamu... gak ah, gak ada dalam kamus cintaku kata-kata “pacaran””. “apa benar?? “ Ran meledekku.
---

“Tumben ya Key, Ray gak nungguin kamu lagi dan menawarkan tumpangan” “syukurlah, aku jadi illfeel kalau dia deket-dekat sama aku”. “ih, kamu... kalau aku sih oke-oke aja. Kalau aku yang ditawarin tumpangan aku gak bakalan nolak kayak kamu. Udah panas, jalan kaki, mending di antar. Mumpung ada yang bersukarela”.

Ketika aku dan Ran melewati gang senggol, tempat dimana Ray dan cowok-cowok lainnya biasa nangkring, aku tak mendengar lagi ucapan salam dari para penghuni gang tersebut. Syukurlah. Namun ada dua anak kecil yang berlari mendekati kami dan memberikan sebatang coklat silverquen kepada ku. Katanya sih itu dari Ray. “ambil aja Key... lumayan tu. Kalau kamu gak suka sini untuk aku aja”. “dek, balikan lagi ya cokelatnya ke abang itu, bilang kakak gak suka cokelatnya”. Merekapun langsung balik kanan dan kamipun berlalu.”kamu kok tega banget sih Key. Gak baik loh nolak pemberian orang”. “biarin aja... siapa tau cokelat itu udah di jampi-jamiinnya, biar aku suka sama dia. Ayoo...” jawabku menimpali sambil tertawa.
***

Suadah satu minggu Ray tidak lagi menggangguku semenjak aku menolak coklat pemberiannya tersebut. Namun, ini untuk pertamakalinya setelah kasus penolakan cokelat itu Ray muncul dihadapanku. “baru pulang shalat maghrib Ya key?”. “udah tau nanya” jawabku ketus. “kok, kamu marah gitu sih, aku kan nanya nya baik-baik. Aku juga baru pulang shalat maghrib”. “tumben”. Gak biasanya Ray shalat maghrib ke mesjid. Biasanya jam segini dia sudah nangkring di gang senggol dengan cowok-cowok lainnya. “ ini aku ada surat buat kamu, walaupun kamu gak suka sama aku tolong kamu terima surat ini. Terserah kamu mau apain setelah menerima suratku ini. Mau kamu baca atau buang terserah kamu.”. Dengan terpaksa ku terima suratnya. Setelah itu diapun pamit kepadaku dan Berlau.
***

Sesampainya dirumah, aku langsung kekamarku dan membaca al-qur’an. Setelah selesai, aku teringat surat yang diberikan Ray kepada ku. Aku langsung berlari kemeja belajarku dan membuka surat tersebut. Gak tau kenapa, hatiku jadi bergetar setelah membaca suratnya. Apa aku suka sama dia? Ah gak mungking, Ray bukan tipe cowok idamanku. Lagian aku gak mau pacaran kecuali setelah menikah. Ya, itulah pelajaran yang kudapat dari kakak mentoringku. 

Assalamu’alaikum Key,
Sorry, kalau aku dah buat kamu jadi risih.
Key, asalkan kamu tau kalau aku suka sama kamu. Aku gak tau, ketika melihat kamu aku seolah-olah melihat cahaya yang terang, yang seolah-olah mengajakku untuk berubah.
Sorry, key... kalau aku lancang...
Aku suka sama kamu. Kamu mau gak jadi pacar aku?? Aku janji kalau kamu nerima aku, aku bakalan berubah. Aku gak bakalan merokok lagi. Aku bakalan jadi cowok yang baik, aku janji. Aku pengen berubah Key.
Wassalam.
***
Tingkah ku menjadi aneh setelah menerima surat dari Ray. Entah kenapa, aku jadi sering mikirin dia. Ah, tidak..aku bukanlah tipe cewek yang mudah suka sama cowok. Semakin aku berusaha untuk melupakannya, semakin kuat godaan itu datang. Akhirnya aku putuskan untuk menolak cintanya Ray, karena aku gak mau nantinya perasaanku rusak. Ku ingin perasaan cintaku kepada Rabb ku tetap utuh, ku gak mau perasaan itu terbagi.
***

Tidak ada komentar: