Selasa, 25 Oktober 2011

Gerimis Mengundang Hujan


Hari itu, senin 24 oktober 2011….

Matahari mengintip malu-malu ke permukaan bumi, memberanikan dirinya keluar dari peraduan. Hari ini dia seolah-olah enggan untuk bangkit dan menyinari bumi. Kalau saja bukan karena tugasnya, dia tidak akan terbit menyinari bumi. Dia akan memilih untuk beristirahat di peraduannya dan mengatakan kepada malam untuk selalu menyelimuti bumi dengan kegelapan. Atau… dia akan menyuruh awan untuk menutupi sinarnya dan berharap ia akan menurunkan hujan.

Akhirnya… mataharipun tidak bisa menghindari kewajibannya. Diapun dengan terpaksa keluar dari peraduannya dan memancarkan sinarnya. Hari ini… Dia seolah-olah menyapaku, dan  mengatakan “Selamat Pagi :) “ . Dia terus menyinari bumi sampai tengah hari. Diapun makin bersemangat ketika terdengar kumandang azan zuhur. Dia mengatakan kepada ku… "sri shalat…ayo shalat”. Akupun menjawab… “ok…. Ne aku juga mau  shalat

Setelah selesai shalat zuhur… ku tak lagi melihat matahari. Wajahnya ditutupi oleh awan yang kelabu. Sepertinya dia enggan untuk menyinari bumi… kurasa begitu… ah, entahlah,,  matahri kau  pengecut (kataku dalam hati) .Dengan berat hati, kulangkahkan kaki ku kekampus. Kalau saja bukan karena diskusi, aku tak akan mau datang kekampus. Ku ingin sampaikan pada matahari (kau pengecut... kau biarkan hujan mengguyuri bumi). 

Tik… tik…tik… gerimis pun mengundang hujan…
 
Sesampainya dikampus…. Diskusi berjalan dengan lancar… kemudian….
innalilahi wainna ilahiraji’un” kata salah seorang teman  kelompokku. Ada apa? Kataku, Anti dan Febi menimpali. Mama salah seorang teman angkatan kita meninggal. Kapan? (Kataku)… habis zuhur ini …   (suasana pun menjadi haru dan ada beberapa teman yang menangis….)

Akhirnya ku tahu mengapa matahari ditutupi awan  kelabu. Dia bukan pengecut (ma’afkan aku  matahari… yang telah berburuk sangka kepada mu). Dia hanya mencoba mengalah karena awan tak sanggup menahan  tangisnya. 

Ya Allah…  hati ku jadi bergetar… ku jadi ingat mama ku… ah… andaikan itu aku, rasanya aku gak bakalan sanggup. Mungkin ini adalah ujian buat temanku ini, Allah lagi menguji nya.

Mungkin ini juga peringatan untuk kita semua untuk jadi anak yang berbakti kepada kedua orangtua. “kita akan merasakan seberapa pentingnya sesuatu bagi diri kita setelah dia meninggalkan kita ”. 

Tidak ada komentar: