Suatu senja, ku melihat seorang nenek yang
sudah tua renta berjalan dengan membungkuk keluar dari rumahnya. Agaknya usialah
yang membuat nenek tersebut bungkuk. Langkahnya sangat lamban, namun nenek
tersebut tidak menggunakan tongkat sama sekali sebagai alat bantunya untuk berjalan.
Namun, ada satu hal yang membuatku tertarik untuk memperhatikan nenek tersebut.
Ya, bingkisan yang dibawanya dengan kantong plastik berwarna hitam. Aku penasaran,
untuk apa nenek tersebut membawa bingkisan segala? apakah dia tidak merasa
keberatan dengan bingkisan yang dibawanya?.
Ternyata, nenek tersebut hendak pergi kerumah
tetangganya. Dengan segenap tenaga yang dimilikinya, dibukanya pintu pagar sang
pemilik rumah. Kemudian keluarlah sang pemilik rumah tersebut. Kurasa yang
keluar adalah anaknya. Kemudian terjadi percakapan kecil antar anak sang
pemilik rumah dengan si nenek. Kemudian anak tersebut mengucapkan kata terima
kasih kepada sang nenek pada akhir percakapan mereka. Kurasa nenek tersebut
memberikan makanan kepada anak tersebut, karena dari kata-kata yang kudengar
seperti itu. “Eh, nenek... ada apa nek? Kata anak tersebut. Lalu
dibukanya bingkisan dalam kantong plastik tesebut, seraya berkata “oh,
pisang.... makasih ya nek?”
Setelah itu, aku tidak tahu lagi apa yang
tejadi. Namun, ada satu hal yang menggelitik hatiku. Sikap nenek tersebut
terhadap tetangganya. Di usia yang telah senja, dengan fisik yang tidak
mendukung, tidak menutup hati sang nenek tersebut untuk berbuat baik kepada
tetangganya. Begitu tingginya nilai sosial yang dimiliki oleh nenek tersebut.
Nilai sosial yang mungkin telah tekikis dari diri kebanyakan orang (termasuk
kita). Mungkin, pisang yang dimiliki nenek tersebut tidak seberapa banyaknya,
namun pisang yang sedikit tersebutlah yang dibagikannya kepada tetangganya.
Setidaknya aku, kita semua, belajar dari nenek
tersebut. Belajar mengenai bagaimana cara menanamkan rasa peduli dan nilai
sosial yang tinggi terhadap sesama.
Semoga Bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar