Ma'af teman-teman... udah lama sekali rasanya gak update cerpen "senja". Kalau aku boleh beralasan, alasannya: beberapa bulan ini aku sibuk UAS dan bikin Final Project. He:) Akunya aja kali ya yang sok sibuk...
Semua tetangga pada sibuk dengan urusan mereka
masing-masing. Sebahagian ada yang sibuk mengurus keluarga mereka yang jatuh
pingsan, dan yang gak bisa berjalan karena saking shok nya. Namun, ada
salah seorang tetangga Nisa yang mendekatinya waktu itu, tante Erni. Tante Erni
berusaha membuka pembicaraan karena dari tadi Nisa hanya berdiri terpaku
didepan reruntuhan puing-puing bangunan rumahnya. “Sabar ya Sa, mungkin ini
adalah ujian dari Allah untuk keluarga Nisa. Kalau Nisa mau tidur nanti malam
dirumah tante aja”. “makasih ya tante”. Jawab Nisa dengan nada datar.
Nampaknya Nisa berusaha untuk tetap tenang dalam
menghadapi ujian yang diberikan oleh Allah kepadanya dan kepada keluarganya. Kemudian
Nisa mencoba untuk membuka pembicaraannya dengan tante Erni.
“Dari tadi Nisa coba hubungi nomor mami, papi, kak Rani,
dan dek Zico, tapi nomor mereka gak aktif. Apa tadi tante liat ada mereka di
rumah?”
“Dari tadi tante
belum liat mami dan papi Nisa, karena pintu rumah Nisa terkunci. Mungkin mereka
masih di toko. Kalau Rani sama Zico tante gak liat juga. Yang jelas, tadi pintu
rumah Nisa dikunci dan gak ada tanda-tanda ada orang di dalam rumah. Nisa gak
usah cemas, mereka pasti baik-baik aja. Untuk sekarang Nisa tinggal aja di
rumah tante dulu.”
“Makasih banyak tante.”
“ya, sama-sama”
***
Malamnya, semua warga tidak berani tidur di dalam rumah.
Mereka menggelar tikar dan kasur santai di teras rumah mereka masing-masing.
Bagi masyarakat yang rumah mereka rubuh karena gempa, mereka tidur
ditenda-tenda darurat di dekat lapangan Mesjid. Namun, malam itu Nisa bergabung
dengan keluarga tante Erni.
Sampai malam ini,
Nisa masih belum mendapatkan berita mengenai keluarganya. Jaringan listrik
mati. Namun salah satu alat yang sangat membantu Nisa saat itu adalah Hp nya.
Saat itu Nisa mencoba menghidupkan radio dari Hp untuk mendapatkan informasi
terkini mengenai gempa.
Seketika Nisa tersentak, ketika salah seorang penyiar RRI
Pro 1 memberitakan bahwa bangunan sekitar Pasar Raya Padang bisa dikatakan
ambruk terkena gempa. Dan banyak menelan korban. Sampai saat ini belum semua
korban bencana yang mampu di evakuasi dari reruntuhan bangunan. Begitu juga
dengan bimbel LIA jalan khatib Sulaiman ambruk karena gempa. Hal serupa juga
ditemukan di GAMMA tarndam. Banyak korban yang meninggal ditempat karena
reruntuhan bangunan.
Seketika fikiran Nisa melayang. “gak mungkin... Zico...
kak Rani...gak mungkin, mereka pasti baik-baik saja. Mungkin saja mereka hanya
terjebak macet di jalanan. Papi... Mami... bukankah mereka dipasar menjaga
toko?? gak mungkin, mereka pasti baik-baik saja”. Nisa mencoba menenangkan
dirinya dan berusaha menghadirkan fikiran-fikiran positif mengenai keluarganya.
***
Malam itu, Nisa gak bisa tidur... yang selalu terlintas
di benaknya hanyalah keluarganya. Kak Rani, mengajar di GAMMA dan Zico yang les
di LIA tadi sore apakah mereka baik-baik saja. Kalau seandainya mereka selamat,
seharusnya mereka sudah berada di rumah saat ini, walaupun mereka hanya
berjalan kaki. Begitu juga dengan Papi dan Mami. Kalau seandainya mereka
berjalan kaki, pasti mereka akan sampai di rumah sekitar 3 atau 4 jam setelah
itu. Tapi, sekarang sudah jam 12 malam, Nisa belum juga mendapatkan berita
mengenai keluarganya.
***
Nisa menggulang-ulang kembali hafalan suratnya. Itu adalah
salah satu cara yang dilakukan Nisa untuk tetap tenang. Setiap selesai memuraja’ah
satu surat, Nisa Berdo’a kepada Sang khalik untuk memberikan kebaikan serta
keselamatan terhadap keluarganya. Tanpa disadari, Nisa terlelap.
***
Pukul tiga dini hari, Nisa terbangun. Rasanya dalam mimpinya
Nisa bertemu dengan keluarganya. Papi dan Mami, menangis meminta ma’af sama
Nisa. Nisa hanya terpana mendengar ujaran ma’af papi dan mami. Terlebih Papi, Papi sampai-sampai bercucuran air mata ketika menyampaikan ma'af kepada Nisa. Seharusnya Nisa yang
meminta ma’af kepada mereka karena merasa masih belum menjadi anak yang baik
kepada orangtuanya. Sedangkan Kak Rani dan dek Zico merangkul Nisa. Seolah-olah
mereka memberikan ucapan selamat kepada Nisa.
Nisa terpaku memikirkan mimpi yang barusan dialaminya. Sekitar
lebih kurang sepuluh menit Nisa berusaha memikirkan apa arti dari mimpinya. Pada
akhirnya Nisa tidak menemukan kesimpulan mengenai arti dari mimpinya tersebut.
Tanpa pikir panjang, Nisa keluar dari kamar tamu tante Erni menuju kamar mandi.
Dimalam yang sunyi dan mencekam, Nisa menguatkan dirinya untuk mengambil Air
wudhu. Setelah itu Nisa melaksanakan shalat Tahajud. Sepertinya Nisa sangat
ingin berlama-lama bercengkrama dengan mesra bersama sang khalik.
Di penghujung shalatnya, Nisa tidak henti-hentinya mengagungkan
Sang khalik. Setelah itu, Nisa mengadukan segala permasalahan yang dihadapinya. Diakhir do’anya, Nisa meminta hal yang terbaik yang
diberikan oleh Allah terhadap dirinya.
***