Rabu, 21 Desember 2011

Imam Vs. Makmum


Suatu hari...

Matahari berangsur-angsur dengan perlahan menuju ufuk barat. Ketika itu,  Susana begitu sepi karena merupakan jam perkuliahn sore. Aku dan temanku  yang pulang kuliah lebih awal waktu itu menyempatkan diri kemushala fakultas dengan maksud ingin melaksanakan shalat ashar disana. Alasannya sederhana saja, karena kami berdua ingin menunggu waktu ashar yang masuk beberapa menit lagi. Kalau seandainya kita pulang dan melaksanakan shalat ashar dirumah mungkin sudah terlalu telat. Selain itu kita juga telah merencanakan untuk pergi ke sesuatu tempat setelah melaksanakan shalat ashar.

Tidak lama kemudian, kumandang azan asharpun terdengar... kami bergegas untuk mengambil air wudhu. Kemudian aku bertanya kepada temanku “shalat berjema’ah kan?” diapun menimpali dengan anggukan.. dan sepertinya mahsiswa perempuan yang lainnya juga ingin shalat berjemaah. Kamipun melaksanakan shalat ashar dengan niat mengikuti imam. Namun kemudian aku menemukan kejanggalan. Suara imamnya tidak terdengar, mungkin makmum perempuan yang lain juga merasakan hal yang sama. Sepertinya sang imam tidak menyadari kalau ada makmum perempun dibelakang.  Entahlah, kami waktu itu hanya mengikuti suara imam yang terdengar bagi kami. Kami merasakan bahwa sujud dan rukuk yang terlalu lama. Ketika kami sujud, sang imam sudah membaca “sami’allah....” lho... kenapa bisa begini??

Seusai shalat, aku bertanya kepada temanku... “gimana nih, apa kita harus ulangi lagi shalatnya? Sedangkan kita tadi udah niat mau ngikutin imam”. Dianya juga sama pusingnya denganku. Akhirnya kami memutuskan untuk tidak mengulang shalat dan sepertinya makmum perempuan yang lain juga menyetujui keputusan akhir tersebut (wallahualam).

Aneh memang. Teman ku bilang...” kalau seandainya imamnya gak niat jadi imam, lantas ngapain tadi azan lewat speaker segala. Kalau seperti itu seharusnya dia sadar dong kalau dia jadi imam untuk laki-laki dan perempuan. Bukan hanya laki-laki saja”.
Setidaknya pengalaman tersebut menjadi pelajaran bagiku.

Catatan:
  • Sebagai seorang imam, sang imam harus memastikan terlebih dahulu siapa saja yang akan menjadi makmumnya.
  • Seorang imam harus memiliki suara yang lantan (dalam arti kata terdengar oleh semua makmum)

Kalau ada maskukan dari teman-teman boleh ditinggalkan pesan mengenai apa seharusnya sikap imam ketika memimpin shalat. Atau sebalikknya, bagaimana sikap makmum menghadapi permasalahan tersebut. Mengulang shalat atau tidak.

Tidak ada komentar: