Suatu hari...
Matahari berangsur-angsur dengan perlahan
menuju ufuk barat. Ketika itu, Susana
begitu sepi karena merupakan jam perkuliahn sore. Aku dan temanku yang pulang kuliah lebih awal waktu itu
menyempatkan diri kemushala fakultas dengan maksud ingin melaksanakan shalat
ashar disana. Alasannya sederhana saja, karena kami berdua ingin menunggu waktu
ashar yang masuk beberapa menit lagi. Kalau seandainya kita pulang dan
melaksanakan shalat ashar dirumah mungkin sudah terlalu telat. Selain itu kita
juga telah merencanakan untuk pergi ke sesuatu tempat setelah melaksanakan
shalat ashar.
Tidak lama kemudian, kumandang azan asharpun
terdengar... kami bergegas untuk mengambil air wudhu. Kemudian aku bertanya
kepada temanku “shalat berjema’ah kan?” diapun menimpali dengan anggukan.. dan
sepertinya mahsiswa perempuan yang lainnya juga ingin shalat berjemaah. Kamipun
melaksanakan shalat ashar dengan niat mengikuti imam. Namun kemudian aku
menemukan kejanggalan. Suara imamnya tidak terdengar, mungkin makmum perempuan
yang lain juga merasakan hal yang sama. Sepertinya sang imam tidak menyadari
kalau ada makmum perempun dibelakang. Entahlah,
kami waktu itu hanya mengikuti suara imam yang terdengar bagi kami. Kami
merasakan bahwa sujud dan rukuk yang terlalu lama. Ketika kami sujud, sang imam
sudah membaca “sami’allah....” lho... kenapa bisa begini??
Seusai shalat, aku bertanya kepada temanku... “gimana
nih, apa kita harus ulangi lagi shalatnya? Sedangkan kita tadi udah niat mau
ngikutin imam”. Dianya juga sama pusingnya denganku. Akhirnya kami memutuskan
untuk tidak mengulang shalat dan sepertinya makmum perempuan yang lain juga
menyetujui keputusan akhir tersebut (wallahualam).
Aneh memang. Teman ku bilang...” kalau
seandainya imamnya gak niat jadi imam, lantas ngapain tadi azan lewat speaker
segala. Kalau seperti itu seharusnya dia sadar dong kalau dia jadi imam untuk
laki-laki dan perempuan. Bukan hanya laki-laki saja”.
Setidaknya pengalaman tersebut menjadi pelajaran
bagiku.
Catatan:
- Sebagai seorang imam, sang imam harus memastikan terlebih dahulu siapa saja yang akan menjadi makmumnya.
- Seorang imam harus memiliki suara yang lantan (dalam arti kata terdengar oleh semua makmum)
Kalau ada maskukan dari teman-teman boleh ditinggalkan
pesan mengenai apa seharusnya sikap imam ketika memimpin shalat. Atau sebalikknya,
bagaimana sikap makmum menghadapi permasalahan tersebut. Mengulang shalat atau
tidak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar