Kamis, 01 Desember 2011

BANK SUSU


Penerapan BANK SUSU bercermin dari Kehidupan Rasulullah


Pemberian ASI eksklusif sangat bermanfaat bagi bayi mulai dari usia nol sampai dengan dua tahun karena dapat mengurangi penyebab gizi buruk ataupun kematian. Salah satu kandungan ASI yang sangat bermanfaat untuk bayi adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari keempat. Biasanya setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan. Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI. Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (dalam bentuk cairan, pada hari pertama bayi memerlukan 20-30 cc) (http://digilib.uns.ac.id).
Walaupun pemberian ASI eksklusif sangat berperan penting dalam mengurangi gizi buruk yang mampu menimpa bayi namun berdasarkan laporan WHO (World Health Organization) tahun 2000 bahwa  lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di seluruh dunia diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hampir 90% kematian anak balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian disebabkan oleh diare dan infeksi saluran pernapasan akut (http://digilib.uns.ac.id).
Berbagai upaya telah dilakukan oleh jajaran tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu yang menyusui terhadap pentingnya memberikan ASI eksklusif terhadap bayi  mereka. Adapun upaya yang dilakukan tersebut adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan terhadap ibu selama hamil dan setelah bersalin. Dari segi pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat sasaran secara langsung, pembinaan suasana agar para tokoh masyarakat memberikan opini umum agar masyarakat melakukan perilaku positif terhadap kesehatan ibu dan bayi.Walaupun pemberian berbagai penyuluhan telah dilakukan terhadap masyarakat namun nampaknya tidak semua masyarakat mampu mengindahkan himbauan tersebut. Memang kita tidak bisa mempungkiri bahwa tidak semua ibu mampu menyusui bayi mereka. Hal tersebut dikarenakan bahwa produksi ASI mereka kurang, kesulitan bayi dalam menghisap ASI ketika menyusui, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang dan ibu bekerja. Beberapa alasan diatas cukup logis untuk diterima, tetapi tidak sedikit ibu menyusui yang terpengaruh oleh iklan ataupun promsi produk pengganti susu. Tidak hanya itu, sebahagian ibu masih beranggapan bahwa menyusui depat merusak penampilan mereka.
Beranjak dari alasan-alasan yang dikemukakan diatas untuk memenuhi kebutuhan bayi akan ASI ekslusif walupun tanpa menghisap ASI langsung dari puting ibu sebahagian ibu beralih kepada Bank susu. Mereka percaya bahwa Bank susu adalah solusi efektif bagi mereka untuk tetap memberikan ASI eksklusif terhadap bayi mereka. Hadirnya Bank susu ini dapat mengatasai kekhawatiran ibu-ibu terhadap alasan-alasan yang tidak memungkinkan tersebut.  Sehingga dengan adanya Bank susu kebutuhan bayi mereka terhadap ASI dapat terpenuhi waluapun bukan dari ASI yang mereka miliki. Bank Susu adalah susatu program yang didirikan dalam bentuk lembaga atau yayasan dimaksudkan untuk menghimpun susu murni dari para donator, kemudian air susu itu dikumpulkan dan distrelilkan untuk diberikan kepada bayi yang membutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan oleh yayasan tertentu dalam menghimpun ASI adalah sebuah kegiatan yang mulia, karena dengan adanya kegiatan tersebut ibu yang tidak memiliki air susu tetap dapat memberikan ASI kepada bayi mereka walaupun tidak melalui ASI mereka. Adapun hal yang akan menjadi pertanyaan bagi kita sebagai umat Islam adalah apakah dengan mengkonsumsi air susu dari Bank susu tersebut akan menimbulkan hubungan pertalian darah anatara bayi-bayi yang mengkonsumsi ASI dari Bank susu yang sama. Hal ini dikarenakan bahwa persusuan merupakan salah satu faktor yang dapat menghalangi seseorang untuk mengadakan perkawinan, karena sebab susuan sama dengan sebab nasab. 
Sebagai umat muslim tentu hal tersebut membuat kita khawatir. Apabila bayi-bayi yang mendapatkan ASI dari Bank susu yang sama menjadi besar dengan izin Allah,  dan akan  menjadi seorang remaja di tengah-tengah masyarakat, yang suatu  ketika hendak menikah dengan salah seorang dari putra-putri yang mendapatkan ASI dari Bank susu tersebut, maka hukum pernikahan yang mereka lakukan akan menjadi haram. Hal tersebut dikarenakan bahwa mereka merupakan saudara sepersusuan yang sama-sama memperoleh ASI dari Bank susu yang sama. Pada lain hal, mereka tidak saling mengetaui bahwa mereka  adalah saudara sepersusuan karena memang tidak pernah tahu siapa saja yang menyusu bersaman mereka dari Bank susu yang sama.
Selain berpengaruh terhadap garis keturunan (nasab) yang menyebabkan haramnya pernikahan, air susu yang dikonsumsi oleh bayi juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi. Adanya Bank susu memberikan kemudahan bagi orangtua bayi mendapatkan susu untuk bayi mereka, namun kita tidak bisa menjamin apakah ASI yang diperoleh tersebut berasal dari wanita yang sehat atau tidak mengidap penyakit yang berbahaya atau menular seperti HIV AIDS. Tidak hanya itu, ASI yang didapat dari Bank susu tidak mudah diketahui siapa saja pendonornya dan apakah ASI yang mereka dapatkan berasal dari wanita yang baik-baik atau tidak.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan bercermin dari kehidupan Rasulullah yang mana pada zaman beliau orang memiliki sebuah tradisi mencari wanita-wanita yang bisa menyususi anaknya. Hal tersebut dilakukan adalah sebagai upaya untuk menjauhkan anak-anak mereka dari penyakit yang menular. Apa yang terjadi pada zaman Rasulullah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada kehidupan kita saat ini. Jika pada zaman Rasulullah, para orang tua menyerahkan anak mereka kepada ibu susuan agar bisa mendapatkan ASI dan sebagai upaya untuk menghindari penyakit menular. Pada zaman sekarang dengan semakin canggihnya teknologi, para ibu tidak lagi mencarikan ibu susuan untuk bayi mereka, tetapi mereka beralih ke Bank susu yang mana ASI murni ditampung dari para pendonor kemudian disterilkan agar bisa mendapatkan susu murni untuk memenuhi kecukupan gizi bayi mereka.
Adapun perbedaan yang didapatkan dengan membandingkan  proses menyusui pada zaman Rasulullah dengan apa yang terjadi pada zaman kita sekarang adalah bahwa pada zaman Rasulullah bayi diserahkan kepada ibu susuan mereka sehingga dapat diketahui dengan jelas mengenai silsilah keluarga dar ibu sususannya. Sebaliknya, pada Bank susu yang ditampung hanyalah ASI dari para medonor dan kemudian disterilakn tanpa mengetahui dengan jelas siapa orang yang mendonorkan ASI tersebut. Apabila dibahas mengenia garis keturunan, maka akan mudah bagi kita untuk menentukan garis keturunan bayi yang menyusu pada ibu susuan yang telah diketahui silsilah keluarga mereka dengan baik, yaitu  seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah. Sebaliknya, akan menjadi lebih sulit bagi kita untuk mengetahui garis keturunan bayi jika mereka mendapatkan ASI dari ibu susuan yang tidak diketahui silsilah keluarganya dengan baik, yaitu seperti Bank susu.  Sehingga dengan adanya pemikiran mengenai hal ini dapat mengihindari kesulitan para orang tua dalam menentukan garis keturunan bayi atau dengan kata lain menerapkan konsep menyusui seperti pada zaman rasulullah dapat menghindari keragu-raguan dalam menentukan garis nasab. 
Nb: Karya Ini Hanyalah Hasil Pemikiran ku... Sumber Inspirasi ku dalam mengangkatkan tulisan ini hanyalah dari artikel-artikel yang kudapat dar internet. Semoga bermanfaat, dan mampu memberikan inspirasi untuk yang membaca.
Mohon dicantumkan alamat blog ini kalau ada yang mau mengambil data dari blog ini...
Thanks :)

Tidak ada komentar: