Penerapan BANK SUSU bercermin dari Kehidupan Rasulullah
Pemberian ASI eksklusif sangat
bermanfaat bagi bayi mulai dari usia nol sampai dengan dua tahun karena dapat
mengurangi penyebab gizi buruk ataupun kematian. Salah satu kandungan ASI yang
sangat bermanfaat untuk bayi adalah kolostrum. Kolostrum merupakan cairan yang
pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara dari hari pertama sampai hari
keempat. Biasanya setelah persalinan komposisi kolostrum ASI mengalami perubahan.
Kolostrum berwarna kuning keemasan disebabkan oleh tingginya komposisi lemak
dan sel-sel hidup. Kolostrum merupakan pencahar yang membersihkan mekonium
sehingga mukosa usus bayi yang baru lahir segera bersih dan siap menerima ASI.
Total kalori dalam kolostrum hanya 58 kal/100 ml kolostrum (dalam bentuk
cairan, pada hari pertama bayi memerlukan 20-30 cc) (http://digilib.uns.ac.id).
Walaupun pemberian ASI eksklusif
sangat berperan penting dalam mengurangi gizi buruk yang mampu menimpa bayi
namun berdasarkan laporan WHO (World Health Organization) tahun 2000
bahwa lebih kurang 1,5 juta anak
meninggal karena pemberian makanan yang tidak benar. Kurang dari 15% bayi di
seluruh dunia diberi ASI Eksklusif selama 4 bulan dan seringkali pemberian
makanan pendamping ASI tidak sesuai dan tidak aman. Hampir 90% kematian anak
balita terjadi di negara berkembang dan 40% lebih kematian disebabkan oleh
diare dan infeksi saluran pernapasan akut (http://digilib.uns.ac.id).
Berbagai upaya telah
dilakukan oleh jajaran tenaga kesehatan untuk meningkatkan pengetahuan ibu yang
menyusui terhadap pentingnya memberikan ASI eksklusif terhadap bayi mereka. Adapun upaya yang dilakukan tersebut
adalah dengan melakukan pendidikan kesehatan atau penyuluhan terhadap ibu
selama hamil dan setelah bersalin. Dari segi pemberdayaan masyarakat dilakukan dengan
melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat sasaran secara langsung,
pembinaan suasana agar para tokoh masyarakat memberikan opini umum agar
masyarakat melakukan perilaku positif terhadap kesehatan ibu dan bayi.Walaupun pemberian berbagai
penyuluhan telah dilakukan terhadap masyarakat namun nampaknya tidak semua
masyarakat mampu mengindahkan himbauan tersebut. Memang kita tidak bisa
mempungkiri bahwa tidak semua ibu mampu menyusui bayi mereka. Hal tersebut
dikarenakan bahwa produksi ASI mereka kurang, kesulitan bayi dalam menghisap
ASI ketika menyusui, keadaan puting susu ibu yang tidak menunjang dan ibu
bekerja. Beberapa alasan diatas cukup logis untuk diterima, tetapi tidak
sedikit ibu menyusui yang terpengaruh oleh iklan ataupun promsi produk
pengganti susu. Tidak hanya itu, sebahagian ibu masih beranggapan bahwa
menyusui depat merusak penampilan mereka.
Beranjak dari
alasan-alasan yang dikemukakan diatas untuk memenuhi kebutuhan bayi akan ASI
ekslusif walupun tanpa menghisap ASI langsung dari puting ibu sebahagian ibu
beralih kepada Bank susu. Mereka percaya bahwa Bank susu adalah solusi efektif
bagi mereka untuk tetap memberikan ASI eksklusif terhadap bayi mereka. Hadirnya
Bank susu ini dapat mengatasai kekhawatiran ibu-ibu terhadap alasan-alasan yang
tidak memungkinkan tersebut. Sehingga
dengan adanya Bank susu kebutuhan bayi mereka terhadap ASI dapat terpenuhi
waluapun bukan dari ASI yang mereka miliki. Bank Susu adalah susatu program
yang didirikan dalam bentuk lembaga atau yayasan dimaksudkan untuk menghimpun
susu murni dari para donator, kemudian air susu itu dikumpulkan dan
distrelilkan untuk diberikan kepada bayi yang membutuhkan.
Kegiatan yang dilakukan
oleh yayasan tertentu dalam menghimpun ASI adalah sebuah kegiatan yang mulia,
karena dengan adanya kegiatan tersebut ibu yang tidak memiliki air susu tetap
dapat memberikan ASI kepada bayi mereka walaupun tidak melalui ASI mereka.
Adapun hal yang akan menjadi pertanyaan bagi kita sebagai umat Islam adalah
apakah dengan mengkonsumsi air susu dari Bank susu tersebut akan menimbulkan
hubungan pertalian darah anatara bayi-bayi yang mengkonsumsi ASI dari Bank susu
yang sama. Hal ini dikarenakan bahwa persusuan merupakan salah satu faktor yang
dapat menghalangi seseorang untuk mengadakan perkawinan, karena sebab susuan
sama dengan sebab nasab.
Sebagai umat muslim tentu hal tersebut membuat kita khawatir. Apabila
bayi-bayi yang mendapatkan ASI dari Bank susu yang sama menjadi besar dengan
izin Allah, dan akan menjadi seorang remaja di tengah-tengah
masyarakat, yang suatu ketika hendak menikah
dengan salah seorang dari putra-putri yang mendapatkan ASI dari Bank susu
tersebut, maka hukum pernikahan yang mereka lakukan akan menjadi haram. Hal
tersebut dikarenakan bahwa mereka merupakan saudara sepersusuan yang sama-sama
memperoleh ASI dari Bank susu yang sama. Pada lain hal, mereka tidak saling
mengetaui bahwa mereka adalah saudara
sepersusuan karena memang tidak pernah tahu siapa saja yang menyusu bersaman
mereka dari Bank susu yang sama.
Selain berpengaruh terhadap garis keturunan (nasab) yang menyebabkan haramnya pernikahan, air susu yang
dikonsumsi oleh bayi juga akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bayi. Adanya
Bank susu memberikan kemudahan bagi orangtua bayi mendapatkan susu untuk bayi
mereka, namun kita tidak bisa menjamin apakah ASI yang diperoleh tersebut
berasal dari wanita yang sehat atau tidak mengidap penyakit yang berbahaya atau
menular seperti HIV AIDS. Tidak hanya itu, ASI yang didapat dari Bank susu
tidak mudah diketahui siapa saja pendonornya dan apakah ASI yang mereka dapatkan
berasal dari wanita yang baik-baik atau tidak.
Salah satu upaya untuk mengatasi
permasalahan ini adalah dengan bercermin dari kehidupan Rasulullah yang mana
pada zaman beliau orang memiliki sebuah tradisi mencari wanita-wanita yang bisa
menyususi anaknya. Hal tersebut dilakukan adalah sebagai upaya untuk menjauhkan
anak-anak mereka dari penyakit yang menular. Apa yang terjadi pada zaman
Rasulullah tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi pada kehidupan kita saat
ini. Jika pada zaman Rasulullah, para orang tua menyerahkan anak mereka kepada
ibu susuan agar bisa mendapatkan ASI dan sebagai upaya untuk menghindari
penyakit menular. Pada zaman sekarang dengan semakin canggihnya teknologi, para
ibu tidak lagi mencarikan ibu susuan untuk bayi mereka, tetapi mereka beralih
ke Bank susu yang mana ASI murni ditampung dari para pendonor kemudian
disterilkan agar bisa mendapatkan susu murni untuk memenuhi kecukupan gizi bayi
mereka.
Adapun perbedaan yang didapatkan
dengan membandingkan proses menyusui
pada zaman Rasulullah dengan apa yang terjadi pada zaman kita sekarang adalah
bahwa pada zaman Rasulullah bayi diserahkan kepada ibu susuan mereka sehingga
dapat diketahui dengan jelas mengenai silsilah keluarga dar ibu sususannya.
Sebaliknya, pada Bank susu yang ditampung hanyalah ASI dari para medonor dan
kemudian disterilakn tanpa mengetahui dengan jelas siapa orang yang mendonorkan
ASI tersebut. Apabila dibahas mengenia garis keturunan, maka akan mudah bagi
kita untuk menentukan garis keturunan bayi yang menyusu pada ibu susuan yang
telah diketahui silsilah keluarga mereka dengan baik, yaitu seperti yang terjadi pada zaman Rasulullah.
Sebaliknya, akan menjadi lebih sulit bagi kita untuk mengetahui garis keturunan
bayi jika mereka mendapatkan ASI dari ibu susuan yang tidak diketahui silsilah
keluarganya dengan baik, yaitu seperti Bank susu. Sehingga dengan adanya pemikiran mengenai hal
ini dapat mengihindari kesulitan para orang tua dalam menentukan garis
keturunan bayi atau dengan kata lain menerapkan konsep menyusui seperti pada
zaman rasulullah dapat menghindari keragu-raguan dalam menentukan garis
nasab.
Nb: Karya Ini Hanyalah
Hasil Pemikiran ku... Sumber Inspirasi ku dalam mengangkatkan tulisan ini
hanyalah dari artikel-artikel yang kudapat dar internet. Semoga bermanfaat, dan
mampu memberikan inspirasi untuk yang membaca.
Mohon dicantumkan alamat
blog ini kalau ada yang mau mengambil data dari blog ini...
Thanks :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar