Rasanya bagaikan petir
menyambar mengenai kulitku di siang bolong tanpa hujan, tanpa mendung ataupun awan
kelam. Telingaku memerah mendengar perkataan seorang guru yang melaporkan
sebuah komplain dari beberapa orang murid kepadaku. Mereka mengatakan bahwa aku
“pemarah.”
What?
Pemarah?
Seumur-umur aku rasanya
tak pernah marah kepada peserta didikku, tak pernah menghardik mereka. Tapi kali
ini aku mendapatkan laporan seperti itu. Ku putar lagi memoriku kepada kejadian
dua minggu lalu yang kurasa menjadi alsan mengapa siswa-siswa itu (hanya
beberapa siswa) mengatakanku pemarah. Tepat, waktu itu ada seorang siswa yang
kelakuannya menyakitkan hati dan mengganggu teman-temannya ketika belajar. Lalu
aku memberi nasehat dengan nada menasehati bukan memaki. Tapi, sang siswa
menganggap itu adalah sebuah pertanda kemarahanku. Dan langsung mengecap aku “pemarah.”
Ternyata pesan yang
kita sampaikan tidak selalu diterima positif oleh orang yang menerima pesan. So,
how? Agar pesan itu bisa diterima dengan baik oleh sang penerima pesan?
*garuk-garuk kepala. Bukan karena kepalaku lagi gatal.
Di satu sisi, kurasa
aku tak ingin terlalu memikirkan ini karena hanya akan membuat energiku
terbuang sia-sia. Adapun menuliskannya di blog ini adalah sebuah upaya bagiku
untuk mengikis rasa kesal itu, karena di bilang pemarah oleh beberapa siswa.
Kedua, kurasa ini adalah tantangan bagiku sebagai guru yang harus kucarikan
jalan keluarnya. Bisa jadi aku belum memahami karakter siswa-siswaku secara
lebih dalam. Dan momen ini adalah sebuah kesempatan ataupunlebih tepatnya
pelajaran bagiku untuk menjadi lebih baik.
Sempat juga aku
berkesimpulan, mengajar siswa SD membuaku “sakit jiwa.” Membuatku lebih banyak
mengurut-urut dada. Merasa bahwa jiwaku tidak disana. Profesi yang tepat bagiku
bukan disini. Namun, aku memiliki sebuah tekat bahwa aku ingin menjadi seorang
pakar (ahli) dibidang pendidikan, khususnya pendidikan untuk anak-anak (young
learner). Sehingga pada akhirnya aku mampu menaklukkan semua tingkah nakal mereka.
Dan menjadikan aku guru yang selalu disenangi oleh siswa.
Terima kasih
siswa-siswaku, karena pesan petir yang aku terima dari kalian itu aku memiliki sebuah mimpi yang besar untuk
kehidupanku dimasa depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar