Sabtu, 01 Desember 2012

Pesan Petir



Rasanya bagaikan petir menyambar mengenai kulitku di siang bolong tanpa hujan, tanpa mendung ataupun awan kelam. Telingaku memerah mendengar perkataan seorang guru yang melaporkan sebuah komplain dari beberapa orang murid kepadaku. Mereka mengatakan bahwa aku “pemarah.”

What?

Pemarah?

Seumur-umur aku rasanya tak pernah marah kepada peserta didikku, tak pernah menghardik mereka. Tapi kali ini aku mendapatkan laporan seperti itu. Ku putar lagi memoriku kepada kejadian dua minggu lalu yang kurasa menjadi alsan mengapa siswa-siswa itu (hanya beberapa siswa) mengatakanku pemarah. Tepat, waktu itu ada seorang siswa yang kelakuannya menyakitkan hati dan mengganggu teman-temannya ketika belajar. Lalu aku memberi nasehat dengan nada menasehati bukan memaki. Tapi, sang siswa menganggap itu adalah sebuah pertanda kemarahanku. Dan langsung mengecap aku “pemarah.”

Ternyata pesan yang kita sampaikan tidak selalu diterima positif oleh orang yang menerima pesan. So, how? Agar pesan itu bisa diterima dengan baik oleh sang penerima pesan? *garuk-garuk kepala. Bukan karena kepalaku lagi gatal.

Di satu sisi, kurasa aku tak ingin terlalu memikirkan ini karena hanya akan membuat energiku terbuang sia-sia. Adapun menuliskannya di blog ini adalah sebuah upaya bagiku untuk mengikis rasa kesal itu, karena di bilang pemarah oleh beberapa siswa. Kedua, kurasa ini adalah tantangan bagiku sebagai guru yang harus kucarikan jalan keluarnya. Bisa jadi aku belum memahami karakter siswa-siswaku secara lebih dalam. Dan momen ini adalah sebuah kesempatan ataupunlebih tepatnya pelajaran bagiku untuk menjadi lebih baik.

Sempat juga aku berkesimpulan, mengajar siswa SD membuaku “sakit jiwa.” Membuatku lebih banyak mengurut-urut dada. Merasa bahwa jiwaku tidak disana. Profesi yang tepat bagiku bukan disini. Namun, aku memiliki sebuah tekat bahwa aku ingin menjadi seorang pakar (ahli) dibidang pendidikan, khususnya pendidikan untuk anak-anak (young learner). Sehingga pada akhirnya aku mampu menaklukkan semua tingkah nakal mereka. Dan menjadikan aku guru yang selalu disenangi oleh siswa.

Terima kasih siswa-siswaku, karena pesan petir yang aku terima dari kalian itu aku memiliki sebuah mimpi yang besar untuk kehidupanku dimasa depan.

Tidak ada komentar: